Minggu, 15 April 2012

Lambang Dari Sayap Dan Tulang-Tulang Rusuk

Kita dapat sekarang mempertanyakan arti daripada sayap-sayap yang terdapat pada singa itu dan pada harimau kumbang. Juga tulang-tulang rusuk yang terdapat di dalam mulut berung. Sayap-sayap pada singa itu tentunya tidak mungkin melambangkan kecepatan sebagaimana yang diajarkan oleh beberap orang. Jika sekiranya sayap harus melambangkan kecepatan, maka sayap-sayap itu sudah harus terdapat pada beruang, sebab Kores dan Darius mengalahkan Babilon tua itu pada malam hari. Selanjutnya, jika sayap melambangkan kecepatan pada binatang yang satu, sayap-sayap itu juga harus melambangkan yang sama pada binatang yang lainnya. Dapatkah sayap-sayap itu melambangkan kecepatan pada binatang harimau kumabg yang berkepala empat itu? Tentu saja tidak. Suatu penelitian yang saksama terhadap simbol-simbol menunjukan, bahwa binatang harimau kumbang itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemenangan Alexander atas Medo-Persia. Harimau kumbang itu melambangkan kerajaan yang ada sesudah kemenangan itu dicapai. Empat kepala itu, adalah empat bagian Gerika setelah kematian Alexander, yaitu “Cassander, Lysimachus, Ptolemy, dan Seleucus.”

Peperangan dan kemenangan di antara Medo-Persia dan Gerika disampaikan kepada perhatian kita di dalam Daniel 8 : 5 – 7 sebagai berikut : “Maka sementara aku memperhatikannya, tampaklah seekor kambing jantan datang dari sebelah barat yang melintasi seluruh muka bumi, tanpa menyentuh tanah; maka kambing jantan itu mempunyai sebuah tanduk yang terkenal di antara kedua matanya. Maka datanglah ia mendapatkan domba jantan yang memiliki dua tanduk itu, dan yang telah ku lihat berdiri di hadapan sungai itu, maka ia pun menerjang kepadanya dengan sangat kuatnya. Dan aku melihatnya datang mendekati domba jantan itu, dan ia menerjang kepadanya dengan geramnya, dan menanduk kepadanya dan mematahkan kedua pucuk tanduknya; maka domba jantan itu tiada berdaya lagi untuk berdiri di hadapannya, maka dihempaskannya akan dia ke tanah, dan dipijak-pijaknya akan dia, dan seorang pun tiada yang dapat melepaskan domba jantan itu daripada kuasanya.”

Di dalam ayat 20, 21 kepada Daniel diceritakan oleh malaikat, bahwa kambing jantan itu “ialah Gerika”, domba jantan itu ialah “Medo-Persia”, dan tanduk yang terkenal di antara kedua matanya itu ialah, “rajanya yang pertama.” Oleh sebab itu kemenangan Alexander yang cepat itulah yang dilambangkan oleh “kambing jantan itu” yang tidak menyentuh tanah. Jika sayap harus melambangkan kecepatan, maka sayap-sayap itu sudah akan terdapat pada “kambing jantan” dan pada harimau kumbang itu. Oleh karena kebenaran dari apa yang telah dikatakan di atas tidak dapat disangkal, dan karena pendapat yang telah dipegang oleh sebagian orang adalah bertentangan terhadap simbol-simbol itu, maka kita harus mencari dari tempat lain untuk pemakaian “sayap-sayap itu.” Kami kira adalah jauh lebih aman dan bijaksana, bahkan lebih beralasan bagi seseorang untuk mengakui kekeliruannya – karena sebagai orang-orang fana ktia banyak berbuat kekeliruan – daripada ikut terlibat dalam interpretasi-interpretasi terhadap Firman Allah yang bertentangan.

Pertama-tama kita harus mengerti, bahwa oleh bantuan simbol-simbol ini ilham sedang mencatat keseluruhan sejarah dunia. Janganlah kita lupa bahwa ada sebuah dunia pada sebelum air bah yang lalu. Jika seseorang dari kita hendak mengusahakan prestasi arsitektural yang indah untuk merencanakan suatu kerangka, atau bagan, dari sejarah dunia ini, maka kita tentunya akan memikirkan suatu perhitungan yang lengkap daripada keseluruhan bagian-bagiannya. Allah yang tak terbatas kepintaran-Nya itu maupun kuasa-Nya tentu saja tidak akan mau melewati begitu saja atau dengan sengaja melalaikan di dalam bagan peristiwa-peristiwa sejarah-Nya yang besar itu untuk mempertimbangkan juga dunia-Nya sebelum air bah.

Suatu catatan dari sebuah penyelidikan ilahi mengenai sejarah dunia ini semenjak dari kejadian dunia sampai kepada penebusan akan sangat penting pada waktu ini. Dalam suatu zaman kekapiran, atheisme, dan kemunafikan, orang-orang yang mengaku dirinya bijaksana secara duniawi, maupun dalam masalah-masalah agama, mereka telah sesat dari sumber kepintaran dan pengetahuan yang sebenarnya. “Sebab apabila mereka mengenal Allah, mereka tidak akan memuliakan-Nya sebagai Allah, ataupun bersyukur kepada-Nya; melainkan mereka menjadi sia-sia di dalam semua kepikirannya, dan hatinya yang bodoh menjadi digelapkan. Mengakui dirinya pintar, mereka menjadi orang-orang bodoh.” (Roma 1 : 21, 22). Bahkan orang-orang yang mengakui dirinya guru-guru kebenaran, mereka telah kehilangan iman mereka dalam perhitungan Alkitab mengenai kejadian dunia. Allah karena mengetahui akan penolakan terhadap firman-Nya secara sesat sekarang ini, maka Ia telah merencanakan suatu kerangka nubuatan dalam simbol dari binatang-binatang buas, sayap-sayap, tulang-tulang rusuk, tanduk-tanduk, kepala-kepala, mahkota-mahkota, dan sebagainya, oleh mana Ia menunjukkan di dalam gambaran nubuatan ini kepada kenyataan-kenyataan, dengan disertai tekanan yang akan merendahkan manusia serta menunjukkan kepda mereka itu keseluruhan kebodohannya dan kegagalan kepintarannya.

Menurut perhitungan Alkitab air bah itu datang lebih dari 1600 tahun sesudah kejadian dunia. Allah menciptakan keturunan umat manusia itu berasal dari Adam dan Hawa. Oleh sebab itu, hanya ada satu umat, satu keturunan, satu bahasa dan bangsa semenjak dari kejadian dunia sampai kepada air bah. Pemerintahan yang dikaruniakan kepada Adam itu kami sebut kerajaan dunia Adam yang pertama. Babilon adalah yang kedua; Medo-Persia yang ketiga; Gerika yang keempat; Romawi yang kelima; Romawi yang terpecah-pecah (yang dilambangkan oleh kaki-kaki dan jari-jari dari patung besar Daniel pasal 2, yang merupakan bangsa-bangsa beradab yang tidak stabil sekarang ini) ialah yang keenam; dan semenjak dari berakhirnya seribu tahun millenium setelah kebangkitan orang-orang jahat sampai kepada kematian mereka yang kedua kali, ialah yang ketujuh dan terakhir. Demikianlah angka bilangan Alkitab tujuh sebagaimana biasanya menunjukkan kelengkapan. Oleh sebab itu, tujuh kerajaan dunia yang sedemikian ini mengungkapkan sebuah sejarah dunia yang lengkap, menunjukkan akhir dari dosa dan pemerintahannya.

Kalau saja kita manusia yang fana harus merencanakan suatu bagan yang sedemikian ini oleh simbol binatang-binatang buas, maka pasti kita akan memiliki inteligensia yang cukup untuk memberi nomor kepada setiap binatang menurut urutannya yang benar. Kita mungkin mengira bahwa Allah adalah kurang teliti dalam ketepatan-Nya yang mentaajubkan. Oleh sebab itu Ia telah menentukan angka setiap binatang. Kita harus pertama sekali memikirkan benda-benda yang melambangkan sejarah Wasiat Lama, oleh patung logam yang besar itu; yaitu, Emas – Babilon; perak, Medo-Persia; tembaga – Gerika. Emas ialah yang utama daripada semua logam yang akan berdiri sebagai nomor satu; perak adalah yang kedua dari emas, sebab itulah nomor dua; tembaga adalah yang ketiga dari emas, berarti nomor tiga. Singa, beruang, dan harimau kumbang diberi nomor dengan cara sedemikian ini. Singa adalah raja atau yang utama dari binatang-binatang buas, maka sebab itu nomor satu, sejajar dengan emas. Beruang ialah yang kedua dari singa, sebab itu nomor dua, sejajar dengan perak. Harimau kumbang ialah yang ketiga dari singa, karena itulah nomor tiga, sejajar dengan tembaga. Semuanya ini adalah rangkaian nomor yang pertama, tetapi masih ada rangkaian nomor lainnya yang harus kita bicarakan.

Semuanya ini akan membawa kita kembali kepada pokok masalah kita mengenai apa yang dimaksudkan dengan sayap-sayap itu, dan tulang-tulang rusuk yang terdapat di dalam mulut beruang. Allah tentunya tidak akan menggambarkan peta sejarah dunia, semenjak dari air bah sampai kepada akhirat, dan gagal memperhitungkan semua bagian-bagiannya. Harus ada sesuatu di dalam bagan mengenai peristiwa-peristiwa sejarah ini untuk menunjukkan bahwa Ia mempunyai suatu kerajaan dunia sebelum air bah itu, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Bahwa kerajaan itu merupakan yang pertama, dengan sendirinya berdiri sebagai nomor satu; Babilon nomor dua; Medo-Persia nomor tiga; dan Gerika nomor empat. Jika pernyataan ini benar, maka kita harus mencarikan rangkaian angka-angka ini pada singa, beruang dan harimau kumbang itu.

Sayap-sayap pada singa itu menunjukkan kerajaan nomor dua. Singa secara alamiah adalah yang pertama – yang pertama dari air bah, tetapi (secara tidak alamiah) karena dua sayapnya, maka adalah yang kedua semenjak dari kejadian dunia. Tulang-tulang rusuk di dalam mulut beruang itu menunjukkan kerajaan nomor tiga. Beruang itu secara alamiah adalah yang kedua semenjak dari air bah, tetapi (secara tidak alamiah) karena tiga tulang rusuk itu ia adalah yang ketiga semenjak dari kejadian dunia; tulang-tulang rusuk telah digunakan, karena sayap selalu berpasangan. Empat sayap yang terdapat pada harimau kumbang itu menunjukkan, bahwa Gerika adalah kerajaan dunia yang ketiga semenjak dari air bah, tetapi (secara tidak alamiah) karena sayap-sayap itu, ia adalah yang keempat semenjak dari kejadian dunia. Sejarah terus terbang, maka sebab itu sayap merupakan simbol yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar